Disini aku akan menceritakan pengalamanku mengikuti sebuah Perlombaan Liga Nasional. Tapi ini beda lagi biasanya kata-kata “LIGA” sangat identik dengan sebuah permainan sepak bola atau bisa dibilang olahraga tapi ini bukan. Perlombaan ini hubungannya dengan pelajaran eksak.
Tanggal 22 Oktober 2011, aku bersama kakak kelas yang bernama Mohamad Fajri mengikuti “Liga Fisika UNY”. Sebelum perlombaan dimulai, 2 minggu sebelumnya kami mempelajari materi-materi yang akan dilombakan. Banyak perbedaan prinsip saat kami belajar bersama tapi kami mulai mencoba untuk bekerja sama dengan baik karena perlombaan ini kelompok yaitu satu kelompok terdiri dari dua orang. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Aku dan Mas Fajri diantar oleh Bapak dan Om ku menggunakan mobil. Dari Kebumen kami pukul 09.00 WIB dan sampai Jogja kami pukul 11.00 WIB. Jantungku berdetak sangat kencang tapi aku berusaha untuk tenang dan selalu berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kami. Sebelum tiba di UNY , aku singgah di warung makan. Setelah selesai makan kami melanjutkan kembali perjalanan kami menuju UNY. Di mobil aku hanya bisa diam dan mengingat rumus-rumus yang akan menemaniku memecahkan soal-soal perlombaan itu.
“Selamat Datang di Liga Fisika UNY” sebuah reklame yang terpajang di depan Kampus MIPA UNY. Mataku berkaca-kaca seluruh badanku seperti tersengat aliran listrik yang kuat. Ini memang bukan lomba pertamaku tapi entah mengapa aku sangat gemetaran. Di reklame itu ada sebuah tajuk yang isinya “FILL YOUR STEP OF INNOVATION WITH PHYSICS COMPETION” yaitu explorasi cakrawala fisika untuk inspirasi kemajuan bangsa Indonesi. Lomba ini diadakan di empat tempat yaitu FMIPA UNY, UIN Syarif Hidaytullah, UNISULA, dan Universitas Brawijaya. Dan aku memilih di UNY karena lebih dekat dengan Kebumen. Tahap yang aku ikuti baru tahap penyisihan. Nanti ada 20 besar nasional yang diambil untuk babak semifinal. Ada 130 peserta dari berbagai daerah yang mengikuti lomba tersebut. Sistem penilaian menggunakan min dan plus. Jam 12.00 WIB aku melakukan sholat duhur dulu. Setelah sholat, tepat pukul 13.00 WIB bel dibunyikan pertanda kami harus memasuki ruangan lomba. Aku dan Mas Fajri menepati nomor urut satu. Rasanya keringat dingin keluar menandakan proses ekskresi sedang aku alami. Sebelum dimulai, kakak-kakak mahasiswa UNY memberikan pengarahan dan tata tertib lomba. Hampir lima menit kami diberi pengarahan, akhirnya lembar soal dan LJK dibagikan dan kami memulai perlombaan itu. Tak terasa hampir 100 menit 100 soal yang diberi tapi aku dan mas fajri hanya mendapatkan 37 soal. Rasanya sedih tapi kami coba tetap berdoa. Sebelum pulang aku menggambil sertifikat dan tidak lupa menyempatkan untuk berfoto-foto dulu.
Minggu sorenya, perasaanku gak karuan campur aduk menunggu pengumuman. Jam 16.00 WIB bapak diberitahu bahwa kami lolos ke semifinal. Rasanya aku tak percaya. Alhamdulillah ya Allah. Terimakasih doa dan semangatnya untuk kedua orang tuaku, guru-guruku, sahabat-sahabatku termasuk orang yang selalu memberiku motifasi yang kuat dan buat mas fajri terimakasih atas kerjasamanya.
Tanggal 30 Oktober 2011 aku ke UNY lagi untuk babak semifinal. Kali ini kami berangkat sangat pagi sekali yaitu jam 05.OO WIB. Di mobil kembali aku mengeluarkan keringat dingin (lagi). Sampai di UNY kami pukul 06.30 WIB. Pukul 08.00 WIB kami memasuki ruangan perpustakaan FMIPA untuk pembukaan sekaligus semifinal di tempat itu. Setelah upacara selesai, perlombaan pun dimulai dengan empat soal esay dan lima soal demonstrasi yang akan diperagakan oleh kakak-kakak mahasiswa. Setelah berganti dengan soal demonstrasi hatiku terasa sesak sekali. Soal demonstrasi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang jarang sekali kita amati. :(
Setelah babak semifinal selesai aku makan siang lalu menuju ke mesjid Mujahidin UNY untuk melakukan sholat duhur. Pukul 13.00 WIB aku dan peserta lainnya memasuki ruang perpustakaan lagi untuk mendengarkan pengumuman lomba. Betapa kecewanya aku setelah mendengarkan pengumuman itu. Aku menepati posisi ketiga di soal esay tapi di soal demonstrasi aku menepati posisi ke 11, dan itu membuat kami tidak bisa melanjutkan ke babak final. Akhirnya bapak memutuskan untuk pulang ke Kebumen. Diperjalanan aku hanya bisa menangis dan ditemani air hujan sepanjang jalan. Ya Allah,mungkinkah ini jalan terbaikku untuk kembali pulang ke Kebumen dengan cepat?
Aku coba merenung dan akhirnya aku kembali semangat lagi. Walaupun aku telah mengecewakan bapak tapi aku berharap suatu saat nanti aku bisa buat bapak bangga,amiinn :)








3 komentar:
punya contoh soal semi finalnya nggak? kalo punya share bisa?
ya coba nanti tak cek lagi.kalau masih ada nanti tak share,kalau hilang maaf banget ya fariza..
oh ya salam kenal dari icha :)
ya coba nanti tak cek lagi.kalau masih ada nanti tak share,kalau hilang maaf banget ya fariza..
oh ya salam kenal dari icha :)
Posting Komentar