Di ufuk barat, sangkakala hendak tidur ke peraduanNya. Semburat warna melingkupi
sangkakala, mengiringi perjalanannya menuju ke peraduan.
Rasa lelah, penat, dan letih, mendorong langkahku untuk lebih cepat berjalan menuju
pondok rumahku.
Dengan peluh yang masih membasahi tubuhku, kurebahkan pantatku ke
kursi yang mungkin sudah berhari-hari kulupakan karena kesibukanku.
“Ya Tuhan, lelahnya hati ini tugas semakin banyak, sabar sabar…, ayok semangat !”
Dalam lelahku, terbayang apa yang sudah kulakukan selama berhari-hari. Pencarianku yang seperti tiada ujung.
Entah sampai kapan, semua ini akan kuakhiri. Meski aku tau, itu akan menyakiti orang-orang yang kukasihi. Tapi diriku tanpa bisa melupakan khayalanku, emosi, angan, dan halusinasi yang selalu membayangiku. Angan-angan melambung, membumbung, dan terbang ke dunia maya, yang sepertinya tanpa ada batas dan sekat. Terkadang kesadaranku datang dan timbul tenggelam.
“Tuhan…..apa yang terjadi dalam nurani dan sanubariku ?”
Ternyata, selintas aku ingat Tuhan. Tapi, ketika khayal dan bayang-bayang muncul, melintas dan membayangi langkahku. Kulupakan bisikan hati kecilku untuk kembali kepadaMu.
Berhari-hari, baru berhari-hari. Belum berbulan-bulan dan bertahun-tahun, aku melakukan pencarian yang kucari melalui khayalan, angan, dan halusinasi yang terasa melambung hariku ke puncak yang sangat tinggi yang mungkin akan sangat sulit kulalui.
Hari ini, ketika tadi kulihat, kupandangi, kurenungi, indahnya sangkakala yang dilingkupi semburat warna merah, membuat kesadaranku terbangun akan pencarianku selama ini.
Setelah lelah dan penatku sedikit berkurang, kumasuki dunia lain yang lebih segar, dingin, dan menghilangkan lelah, penat, dan kekusamanku. Air yang mengalir berlahan membasahi sekujur tubuhku, membuat semakin terbuka dan tersadar akan apa yang kulakukan dalam pencarianku.
“Subhanallah, tentramnya hati ini setelah mengambil air wudhu..”
Puas dengan guyuran dan basuhan air dalam tubuhku, membimbing langkahku menuju tempat yang seharusnya kudatangi.
Pelan-pelan dan berlahan kuayunkan langkahku menuju peraduanku, seperti sangkakala yang kulihat dilingkupi semburat merah.
Rasa lelah, letih, dan penat sedikit menghilang, ketika badan kurebahkan dan kutidurkan diperaduanku.
Detik demi detik, menit demi menit, dan dalam perjalanan malam, tanpa terasa masa dan anganku terpejam membawa keletihan dan kepenatan yang kuharapkan akan menghilang bersama deru angin malam.
Kokok ayam bersahut-sahutan, membangunkan mata dan tubuhku untuk segera bangun, bangkit, dan mengejar yang harusnya aku kejar dan aku cari. Bukan melalui angan, khayal, dan halusinasiku.
Dari bilik kamarku ada suara ketukan kecil,
“Bangun mba, udah jam lima loh, bangun sholat dan siap-siap berangkat sekolah.”








